Pages

August 20, 2012

#2 sejenak..

Ramainya kota ini membuat malam yang dingin menjadi hangat. Semenjak adzan maghrib dikumandangkan tadi, orang-orang pun mengucapkan syukur. Sepanjang jalan terdengar suara bedug masjid yang dipukul-pukul keras, diiringi gema takbir yang memecah keheningan malam ini.  Ya, malam ini malam takbiran Idul Fitri.
Anak-anak maupun orangtua berhamburan di masjid, bergantian mengumandangkan takbir hingga larut malam nanti. Mendadak toko-toko pinggir jalan ramai, diskon besar-besaran. Ditambah semarak kembang api dan petasan yang mewarnai langit malam. Sungguh ramai. Subhanallah. Indah sekali malam ini. Malam kemenangan umat Islam setelah sebulan penuh puasa.
Aku baru saja pulang dari rumah nenekku. Seperti biasa, setiap malam sehari sebelum lebaran aku mengirimkan serantang opor ayam dan ketupat. Kirim ketupat? Gimana bisa? Hm.. Maklum, pulang kota, bukan pulkam alias pulang kampung. Aku juga tidak tahu mengapa setiap tahun aku kirim ketupat ketika malam idul fitri. (Toh, besok aku juga ke rumah beliau ya untuk salam-salaman? Pake kirim rantangan segala? Haha) Tapi begitulah tradisi keluargaku dari dulu. Untuk silaturahim saja sih sebenarnya. Dan selalu semangat melihat pemandangan malam idul fitri begini.
Saat itu jalanan dipenuhi oleh kendaraan dan orang-orang yang membludak ingin meramaikan malam takbiran. Kukira malam ini akan sepi karena pasti sebagian besar orang sudah tiba di kampung halaman mereka. Ternyata salah besar. Di kota pun ramainya separah ini. Meskipun agak berkurang sedikit, sih.
Setelah agak jauh dari jalanan besar, di kiri kanan jalan terlihat lengang. Tidak banyak orang yang berlalu lalang. Hanya lampu-lampu redup yang dinyalakan. Walaupun sepi, masih terdengar sorak sorai petasan dan kembang api yang memekarkan langit. Mobil yang dikendarai ayahku pun terus melaju.
Sudah senang jalanan agak sepi, tidak tahunya di depan terlihat antrean kendaraan yang cukup panjang. Macet sepertinya udah jadi kebiasaan warga Indonesia yang tidak mau mengalah. Terus, apa gunanya ujian sebulan penuh berpuasa kemarin? Huft. 
Ketika mobilku mulai melaju lagi, di ujung jalan samar-samar terlihat 5 orang memakai baju kumal dan robek. Mereka menyita perhatianku. Mereka. Mereka yang di ujung jalan sana sedang mengobrak-abrik tempat sampah. Mereka yang sangat semangat memindahkan botol-botol serta plastik yang ada di jalanan ke dalam gerobak mereka. Apakah yang sedang dilakukan pemulung itu dan keluarganya malam-malam begini dan bekerja dengan sangat giat?
Terdiam sesaat melihat kejadian itu. Seorang bapak yang menarik gerobak yang didalamnya ada anak-anak mereka, serta istrinya yang mengikuti di belakangnya. Tampak sangat lelah namun bahagia. Mereka sudah tidak memikirkan bagaimana lebaran esok hari; punya baju baru atau tidak, dapat merasakan enaknya ketupat dan opor atau tidak; mereka hanya mencari celah untuk selalu dapat melangsungkan hidup mereka.
Termenung. Betapa banyak nikmat yang Allah berikan untukku, tapi terkadang aku sia-siakan..

0 comments:

Post a Comment